PENGARUH
GADGET PADA KECERDASAN
EMOSIONAL REMAJA
Arib Mufid/17410062
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Perubahan
zaman dari masa kemasa tentunya memberikan berbagai dampak perubahan diberbagai
sisi kehidupan, baik secara moral,
sosial
maupun sains. Perubahan dalam bidang keilmuan tentunya memberikan dampak pada
bidang sains, dimana ilmu pengetahuan senantiasa berkembang dalam kehidupan
manusia dengan tujuan untuk menjawab hal-hal yang menjadi pokok permasalah pada zamannya atau pada
zaman dibelakangnya, selain itu perkembangan yang terjadi dalam bidang sains
ini juga bertujuan untuk memeberikan kemudahan kemudahan pada manusia dalam
mengerjakan perkerjaannya sehari hari. Seiring dengan perkembengan zaman tersebut, banyak ide-ide baru
bermunculan, sehingga pada tahap perkembangannya, zaman senantiasa berjalan
maju dimana banyak penemuan-penemuan baru yang ditemukan dan semakin
mempermudah segala perkerjaan manusia yang ada di muka bumi ini.
Perkembangan
zaman saat ini, disebut maju dengan ditandai munculnya berbagai macam teknologi
yang semakin canggih. Salah satu hasil dari perkembangan teknologi yang semakin
pesat adalah terciptanya berbagai macam gadget. Gadget adalah alat
yang memiliki fungsi praktis dan secara spesifik dibuat lebih canggih daripada
teknologi yang telah ada sebelumnya, beberapa contoh gadget adalah
laptop, smartphone, komputer tablet dll. Dalam KBBI gadget
diartikan sebagai peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis. Perkembangan
yang pesat ini tentunya berdampak banyak bagi manusia. Salah satu dampak yang
terasa adalah dampak pada kondisi emosional seseorang dimana gadget disini
mampu merubah sisi emosi seseorang dalam merespon segala tindakan yang
ditujukan kepadanya terutama saat membahas terkait penggunaan gadget
pada dirinya.
Emosi merupakan sesuatu yang abstrak dalam diri manusia.
Emosi sendiri secara garis besar dibedakan menjadi emosi positif dan emosi
negatif. Emosi positif adalah yang memberikan keuntungan sedangngkan emosi
negatif akan menghasilkan kerugian (Mashar, 2011). Salah satu bentuk emosi
negatif adalah marah, marah memang hal yang normal namun apabila tidak kelola
dengan kecerdasan emosional yang baik maka bisa menimbulkan perilaku yang
merugikan seperti perilaku agresi. Agresi diartikan sebagai perilaku berupa
melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis (Rahman, 2003). Maka
dibutuhkan kecerdasan emosional untuk bisa mengelola emosi dengan baik.
Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui emosi yang dialaminya
dan mengelolanya dengan baik (Goleman, 2002). Goleman (2002) menyatakan bahwa
ada beberapa aspek kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri,
motivasi diri, empati diri, dan keterampilan sosial.
Berdasarkan
aspek-aspek yang telah disebutkan di atas disebutkan salah satunya adalah
keterampilan sosial. Dewasa ini gadget telah mengambil banyak peranan
penting dalam kehidupan sosial manusia mulai dari komunikasi, penyebaran
informasi, layanan publik, dan lain sebagainya sudah dapat dilakukan dengan gadget.
Maka disadari atau tidak penggunaan gadget yang kurang tepat apalagi
sampai membuat kecanduan akan memberikan pengaruh buruk pada kondisi emosional
seseorang yang bisa berdampak pada munculnya perilaku negatif seperti agresi.
Salah satu yang alasan mengapa gadget bisa mempengaruhi munculnya perilaku
agresi adalah dengan adanya game. Game secara tidak langsung dapat memicu
adrenalin dan bisa berujung pada munculnya amarah yang diluapkan melalui
tindakan agresi (Musbikin, 2009). Perilaku ini bisa terjadi akibat pemain game
secara tidak langsung melakukan modeling terhadap adegan kekerasan yang
terdapat di game tersebut (Singgih, 2006). Tentunya hal semacam ini akan
mengganggu kehidupan sosial orang yang mengalaminya. Maka dalam artikel ini akan
dibahas bagaimana perilaku agresi yang disebabkan oleh gadget dan penanganan
perilaku tersebut dengan proses konseling.
Dampak buruk gadget pada kondisi emosional yang
dapat memunculkan perilaku agresi ini disebabkan karena adanya ketergantungan
pada gadget dan menganggap gadget sebagai benda yang amat sangat
berharga. Dengan persepsi seperti itu maka jika ada yang mengganggu gadget
tersebut akan dianggap sebagai ancaman. Selain itu perputaran informasi yang
sangat cepat dan dapat dengan mudah diakses melalui gadget juga memberikan
pengaruh tersendiri. Penerimaan arus informasi seperti tontonan, bacaan, dan
lain sebagainya dapat dengan mudah diterima lewat gadget tanpa ada penyaring.
Salah satu bentuk perilaku agresi yang ditimbulkan akibat
penggunaan gadget yang tidak sesuai porsi adalah seperti yang dilansir dari web
https://www.detik.com tentang seorang siswa yang datang ke sekolah dengan
membawa sabit dan mengancam salah satu
guru karena gadget miliknya disita ketika digunakan pada jam pelajaran. Siswa
tersebut menunjukkan perilaku agresi yang tidak seharusnya karena tidak terima
saat mendapat hukuman. Perilaku ini muncul karena siswa tersebut mengalami
ketergantungan pada gadget sehingga saat gadgetnya disita sebagai bentuk
hukuman ia tidak bisa menerima hal tersebut dan muncul emosi marah yang
mengakibatkan keluarnya perilaku agresi. Hal ini tentunya sudah mengganggu
lingkungan sosial akibat penggunaan gadget yang tidak sesuai porsinya.
Kasus-kasus seperti ini tentunya masih banyak lagi
terjadi di berbagai daerah yang tidak semuanya terekspos oleh media. Maka perlu
dilakukan penanganan khusus untuk menanggulangi perilaku siswa semacam ini.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan proses konseling
pada anak tersebut. Konseling merupakan proses komunikasi yang bertujuan
memberikan bantuan yang dilakukan oleh seorang yang memberikan bantuan atau
disebut konselor dengan orang yang membutuhkan bantuan atau disebut klien yang
tujuan akhirnya adalah membantu klien menyelesaikan masalahnya (Prayitno,
2004).
Konseling sendiri
memiliki banyak jenis dan teknik di dalamnya.
Untuk kasus ini maka jenis konseling yang dirasa cocok adalah menggunakan
konseling behavior dengan teknik modeling. Modeling merupakan teknik dimana klien
akan mengobservasi perilaku, pikiran, dan sikap yang diperankan oleh model
(Abimanyu dan Marinhu, 1996). Dalam melakukan modeling ini klien tidak hanya
meniru tetapi juga berpikir untuk menyesuaikan diri seperti apa yang dipergakan
oleh model (Feist, 2008). Dalam kasus di atas tujuan dari dilakukannya konseling
ini adalah untuk menghapus perilaku agresi ketika siswa melakukan hal yang
tidak tepat, dalam hal ini menggunakan gadget di waktu pelajaran. Indikator
keberhasilan dari proses konseling ini adalah ketika siswa bisa menerima
hukuman ketika ia melakukan hal yang salah.
Pelaksanaan proses konseling ini akan diawali dengan membangun
rapport lalu dilanjutkan dengan structuring seperti konseling pada umumnya.
Kemudian sebelum masuk ke sesi modeling klien diminta untuk memperhatikan
dengan baik apa yang akan diperagakan oleh model. Kemudian model memperagakan
perilaku, sikap, dan pola pikir yang diinginkan. Adegan yang diperagakan bisa
serupa dengan kasus yang dialami klien bisa juga dengan adegan lain tetapi
tetap memiliki poin-poin inti yang sama dengan apa yang dialami klien. Setelah
peragaan selesai klien diminta untuk menyimpulkan informasi apa yang ia
dapatkan setelah mengobservasi model tersebut. Peragaan bisa dilakukan lebih
dari satu kali dan setelahnya klien diminta untuk mempraktekkan apa yang telah
diperagakan oleh model sebelumnya. Setelah selesai praktek selanjutnya klien
diberi penguatan mengenai apa-apa yang telah dilakukannya. Penguatan itu
bertujuan untuk menanamkan lebih dalam sikap, perilaku, dan pikiran yang telah
dimodeling oleh klien. Penguatan bisa berupa saran dan masukan yang disampaikan
oleh konselor. Proses konseling ini bisa dilakukan lebih dari satu kali apabila
klien dirasa belum mencapai indikator target yang diinginkan.
Gadget
sebagai alat yang diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia tentunya juga
memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya adalah gadget membuat manusia
lebih mudah dalam melakukan banyak hal terutama komunikasi dan penyampaian
informasi. Namun penggunaan gadget yang tidak sesuai dengan porsinya tentu
dapat berdampak buruk pada penggunanya. Salah satu dampak buruk tersebut adalah
menurunkan kecerdasan emosional yang berakibat pada timbulnya perilaku negatif
seperti agresi. Dalam kasus yang telah dibahas di atas menunjukkan adanya
penurunan kecerdasan emosional dan perilaku negatif yang diakibatkan penggunaan
gadget yang tidak tepat. Maka salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah
dengan melakukan proses konseling. Jenis konseling yang cukup tepat adalah menggunakan
konseling behavioral dengan teknik modeling yang bertujuan untuk menghilangkan
perilaku-perilaku negatif yang tidak diinginkan dengan cara observasi dan
membiarkan konseli berpikir dan menyimpulkan mengenai perilaku negatifnya dan
perilaku positif yang telah dicontohkan
Daftar Pustaka
Prayitno
& Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. (2nd ed).
Komalasari,
G. (2011). Teori dan Teknik Konseling.
Jakarta: Indeks
Goleman, Daniel. (2002). Emotional Intelligence (terjemahan).
Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama
Mashar,
R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Gading, I Ketut, dkk. (2017). Keefektifan Konseling Behavioral Teknik Modeling dan Konseling
Analisis Transaksional Teknik Role Playing untuk Meminimalkan Kecenderungan
Perilaku Agresif Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konseling, 2(4), 157-164.
Willis,
Sofyan S. )2004(.
Konseling Individual teori dan praktek. Bandung : Alfabeta.
Amanda,
Rika Agustina. (2016). Pengaruh Game Online Terhadap Perubahan Perilaku Agresif
Remaja di Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, 4(3), 290-304.
https://kbbi.kemdikbud.go.id
https://id.wikipedia.org
https://www.detik.com